Senin, 20 September 2010

Peternak Sapi Diminta Waspada Penyakit Surra

BLORA - Para peternak sapi diminta waspada pada penyakit surra pada sapi. Sebab, Blora merupakan daerah endemis penyakit tersebut. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan dengan jalan mengambil sampel darah sapi di Desa Gempolrejo Kecamatan Tunjungan, ditemukan lebih dari 30 persen sapi terindentifikasi penyakit surra. ''Saat itu kami mengambil sampel darah pada 428 sapi, yang terindentifikasi 34,8 persen,'' kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Suherman melalui Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Reproduksi Bambang Susanto.

Menurut Bambang Susanto, penyakit surra adalah penyakit yang bersifat akut atau kronis. Penyebabnya parasit darah (trypanosome evansi) yang tersebar di daerah tropis atau non tropis. Pada infeksi kronis pada sapi diketahui sapi akan terlihat lesu, kurus, anemis dan adanya odema atau penimbunan cairan pada bagian dada sampai bawah perut. Infeki yang parah, kata dia, bisa mengakibatkan kelumpuhan pada sapi yang berakhir pada kematian. ''Kasus di lapangan banyak ditemui banyak yang akut tanpa gejala klinis. Ini harus diwaspadai karena banyak peternak yang tidak tahu,'' tambahnya.

Diagnosa untuk penyakit ini, lanjutnya, tidak hanya ditandai dengan gejala klinis seperto anemia, odema atau demam tinggi pada sapi, tapi juga berdasarkan penemuan parasit pada darah yang bisa ditemukan dengan melakukan pemeriksaan darah. Wabah surra, terangnya, bisa menyebar karena bisa dibawa hewan carrier atau lalat dari jenis tabanidae yang oleh peternak sering disebut 'lalat bangkak'. Penularan terjadi sata lalat tersebut menggigit sapi yang berpenyakit kemudian menggigit sapi lain yang sehat. ''Resiko penularan lebih besar terjadi saat ternak dugembalakan secara bersama-sama,'' terangnya.

Karena itu, pihaknya mengaku terus melakukan sosialisasi pada pada peternak untuk terus menjaga kesehatan hewab ternaknya. Tentang penyakit surra juga terus diberitahukan pada warga. Untuk pengendalian, Bambang Susanto mengatakan dilakukan berdasarkan diagnose dan pengobatan. Pengobatan yang biasa dilakukan adalah dengan memberikan obat yang selama ini sudah digunakan. ''Yang lebih penting adalah cermat dan waspada sehingga ketika gejala ada langsung bisa diobati,'' tandasnya. (ono)
senin,20 september 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar