Senin, 24 Desember 2012

Kampoeng77 Ceria

 talent : Retno

 Talent : Intan Destianti

 Talent : Novi Haswara

 Talent : Ustad Kembar

 Talent  : All Secretary Agency

 Talent : Riezma Cimoet aja


Baca puisi
Talent : Riezma  & Ilen Meya
Location  : MOnas



 Hom pim pa
talent : Tasya, winda , Wulan
location : Monas
 Talent : Riezma

 Belajar jadi model iklan
talen : riezma,dina , Retno

 Talent : Retno






all original foto by. Maz Agoes kampoeng77 art and studio


beaches and crab









All foto original  by. Maz agoes kampoeng77

Tetesan Air Hujan

Sebuah ungkapan cinta
dalam bingkai keindahan pasir pantai



Rintik Hujan membasahi bumi
ketika hati mulai mengering
 Butiran air Hujan





Selasa, 29 Mei 2012

Sebuah Catatan Akhir mei

Engkau yang semalam bertanya-tanya
Akan berapa lama lagikah cobaan ini...
Akan berapa lama lagikah kehidupan ini
Berlangsung  tanpa ada perubahan yang berarti
Sini duduklah dekat denganku di pagi yang indah ini
Ditemani secangkir kopi.....dan sepiring singkong goreng....
di iringi kicauan burung kenari...yang bersautan..
menjadi sebuah nada yang indah......
dengarlah  Cerita indahku tentang sebuah cerita  tentang kehidupan...
Jika engkau ingin memperbaiki kehidupanmu
Engkau harus memperbaiki yang kau lakukan
Karena... Yang kau lakukan menentukan yang kau hasilkan
Dan yang kemudian menentukan nilai dan hargamu..
bagi orang lain ,Jika orang lain menghargaimu
Engkau akan diperlakukan dengan lebih ramah
Penuh hormat ,didahulukan ,dikedepankan dan dibayar mahal
Itu semua karena yang kau lakukan  dengan sebuah kejujuran dan keikhlasan
Tapi masalahnya engkau tidak mungkin memperbaiki yang kau lakukan
Tanpa memperbarui sikapmu
Dan itu menjadi masalah yang semakin besar
Jika engkau kukuh mempertahankan sikap-sikap lamamu yang terbukti selama ini blom
Menjadikanmu damai, sejahtera ,bahagian dan bermanfaat
Maka dipagi hari yang indah ini...
Yang penuh harapan baru untuk kualitas hidup yang lebih baik..
Barukanlah sikap dan perilakumu agar baru kualitas dari yang kau lakukan
Agar baru tingkat hasilmu,agar kehidupanmu dibarukan dengan kedamaian,kesejahteraan,kebahagiaan dan kehormatan dalam kehidupan ini
Tetaplah selalu menjadi pribadi-pribadi yang menarik, menyenangkan,membahagiaakan
Agar selalu bermanfaat untuk sesama.
Sikap jujur dan ikhlas dalam melakukan apapun
Akan menjadikan sobat akan selalu diterima dimanapun sobat berada
Jangan menyesali apa yang telah terjadi
Tapi bersyukurlah atas apa yang kamu miliki
Jangan mencari kebahagiaan...
Karena kebahagiaan ada pada diri kita sendiri...
Belajarlah untuk bersyukur  dari hal-hal baikmu
Dan belajarlah  untuk bersabar  dan ikhlas dari hal-hal terburukmu...
Supaya kamu  bisa menjadi pribadi-pribadi yang sabar,ikhlas
dan kuat dalam menjalani kehidupan ini
Selamat beraktifitas dan lakukan yang terbaik untuk hidup sobat

So Do the Best in your life and alway keep smile

Minggu, 29 April 2012

Cangkrukan warung kopi suroboyoan

Malam itu di sebuah warung di pinggiran kota Mojokerto
kurang lebih 2 jam perjalanan dari kota Mojokerto di sebuah warung ( wande dalam bahasa jawa halus)
tampak begitu rame dengan pengunjung yg rata2 pemuda ( arek nom noman )

Cak yanto : pak de kopi item siji yo..
pakde Warung : manis opo pait yan....sahut pakde
cak yanto : ojo manis ning yo ojo pait..sedengan wae pak de

lima menit berlalu dengan perlahan cak yanto minum kopi itemnya dengan gaya suroboyan dengan gelas dibalik diatas tatakan gelas.... sebatang rokok samsu dihisapnya

cak dikin : pakde aku jalok kopine item yo koyok biasane teriak cak dikin...
wah ono cak yanto ta nang kene..yok opo kabare cak....
cak yanto : apik2 wae cak dikin....
cak dikin : kabare sampeyan urip nang jakarta yo...yok opo enak gak nang jakarta
cak yanto : wah piye yo cak jenenge wae nang jakarta yo ono penek e yo ono
rakepenak e... sampeyan enak cak duwe usaha dewe nang kampung...
yoko opo cak usahane..
cak dikin : hahahahhaa ya alhamdulillah usahaku saiki lumayan lancar kok
aku biyen yo pernah merantau nang jakarta loh cak...nanging batinku ora
cocok makane aku bali nang kampung,,,,,,
cak yanto : wah sing bener cak ....tahun piro sampeyan merantau...
trus sampayen kerjo opo...
cak dikin : kiro2 tahun 1992 an sampai 1995....aku kuli bangunan cak....
muleh soko jakarta cuma duwe duit 1,5 juta aku nekat gawe usaha dewe..
usaha sing tak pilih yok iku...gawe kripik tempe cak....alhamdulillah saiki
wes lumayan maju.....
cak yanto ; Wah hebat koen cak......kiro2 oleh gak aku blajar karo sampeyan usaha...
cak dikin : yo oleh to cak... malah aku seneng yen ono arek nom noman sing mau
usaha....kapan sampeyan siap teko wae nang omah yo...tak enteni....
cak yanto : suwon yo cak..

ya begitulah kira2 percakapan antara cak dikin dan cak yanto dengan gaya soroboyoan
yang begitu medhoknya....cak dikin dikenal didesanya sebagai pemuda yang cerdas dan pintar untuk menciptakan lapangan pekerjaan buat orang2 disekitarnya,,,... walaupun hanya tamatan SMP terbuka dia mampu menjadi panutan para pemuda didesanya untuk maju dan berusaha meningkatkan tarap hidup mereka..... banyak pemuda2 di lingkungannya dulu yang selalu bercita2 ingin merantau kejakarta.... bagi sebagian orang dengan pergi kejakarta maka akan meraih sukses....tapi bagi cak dikin
dengan usaha dan kerja keras menciptakan lapangan kerja sendiri untuk membangun desanya adalah suatu kesuksesan.

back to nature
kembali ke alam
kembali ke desa
mari kita jadikan kampoeng halaman kita sebuah harapan
untuk mencapai kesuksesan

#jangan berpikir pergi kejakarta
jika engkau tidak memiliki keahlian dan kemampuan
untuk hidup dijakarta,,.......

cintai kampoeng halaman sobat
karena disana tersimpan keindahan dan kekayaan

Belajar dilereng gunung Wilis

Pagi itu begitu dingin ,didaerah lereng gunung wilis kabut menutupi hampir seluruh desa dilereng gunung itu.....sayup-sayup terdengar suara Adzan dari sebuah Langgar kecil ( sebutan Mushola ) tak lama setelah azdan berkumandang beberapa orang tua, remaja dan anak-anak kecil berjalan menuju langgar kecil yang terletak tepat di tengah2 desa itu, sungguh pemandangan yang menyejukkan hati...seolah berada di sebuah pesantren kecil dilereng gunung....masyarakatnya yang begitu islami.
dengan khusyuknya mereka menjalankan solat subhuh berjamaah, begitulah pemandangan setiap hari yang aku liat selama disana.

kabut pagi masih menyelimuti sebagian desa itu beberapa orang tua dengan menenteng cangkul pergi kesawah dan kebon mereka, anak2 mereka pun bersiap pergi kesekolah mereka masing-masing....hanya sekolah dasar dan taman kanak2 yang ada di desa itu, itupun dengan bangunan yang menurut saya sudah tidak layak untuk disebut sebagai sekolah karena kondisinya yang begitu memprihatinkan berbeda jauh dengan sekolah-sekolah yang ada dikota , dengan bangunan yg begitu megah dan peralatan sekolah yang serba modern, seperti komputer, dengan kondisi sekolahan yang apa adanya itu tidak menyurutkan semangat anak2 didesa itu untuk menuntut ilmu mengapai cita2 nya....pagi itu hari senin biasa disekolah diadakan
upacara bendera,,,dengan hikmat dan semangat anak2 mengikuti upacara bendera itu
yang dipimpin bu wati guru senior dan kepala sekolah mereka....

hari itu saya diberikan kesempatan untuk mengajar di kelas 5 yang mempunyai murid tidak lebih dari 10 anak..ada perasaan grogi dan senang karena pertama kalinya saya mengajar.......
selamt pagi anak2 ...ucapku membuka pelajaran....hari ini kita belajar tentang Geografi ya...... iya pak guru teriak anak2 dengan semangatnya...

dalam benakku aku berfikir
mereka anak2 yang pintar dan cerdas
andai semua fasilitas pendidikan disini memadai
saya yakin mereka akan menjadi anak2 bangsa yang
mampu menbangun bangsa ini

mari kita peduli pendidikan
dengan ilmu kita bisa merubah dunia

teruntuk temen2 ku yang rela berjuang dengan tanpa pamrih
untuk pendidikan ,teruslah berjuang dan ciptakan anak2 bangsa yang
cerdas untuk kemajuan bangsa ini

salam sukses

Sabtu, 28 April 2012

Cerita Pagi Disebuah Taman Belajar

bu guru : anak-anak sapa yg mempunyai cita-cita
All anak : saya bu guru....teriak anak2 ...saya mau jadi dokter bu....saya mau jadi
tentara bu, saya mau jadi presiden bu...begitulah teriakan sebagian anak
tentang cita-citanya....
bu guru : siapa lagi yg punya cita-cita,,,,..
semua anak sudah menyebutkan cita-citanya.....bu guru tersenyum dan
pandanganya tertuju pada salah satu anak lelaki yg duduk di pinggir... yang
yang sedang asik bermain dengan pensilnya.... dengan penuh perhatian bu
tadi menghampiri anak tersebut.....dan berkata amir kamu gak punya cita
cita seperti temen2 kamu...tanya bu guru kepada amir... punya bu guru
jawab amir dengan santainya , saya ingin menjadi seperti ayah saya....
yang sayang sama aku, sayang pada bunda....aku ingin bisa membahagiakan
ayah sama bunda klo besar nanti bu guru...

sebuah ucapan yg tulus dari seorang anak kecil.....yg ingin membahagiakan kedua orang tuanya, ibu yang dengan penuh belaian kasih sayang membesarkan kita tanpa pamrih dan ayah yang berjuang bercucukan keringat mencari rezki untuk kita sungguh besar pengorbanan mereka kepada kita, seyogyanya kita membahagiaakan mereka .

Ya Allah ya robb berikanlah kebahagiaan kepada kedua orangtua kami
berikanlah kepada mereka umur panjang, kesehatan dan limpahkanlah rahmat Mu

amien

Rabu, 25 April 2012

Menjaga cinta Dari Zina


Cinta syahwat ini bermula pada Pandangan mata, ia kemudiannya diikuti dengan sahutan suara dan decak kagum akan keindahan tubuhnya, pandangan pertama biasa pandangan kedua adalah nafsu . Oleh kerana itulah, Islam dalam menjaga kesucian cinta agar tidak dicemari oleh unsur-unsur nafsu meletakkan batasan pandangan seorang muslim dan muslimah.

 Allah SWT berfirman  :

“..Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki yang beriman supaya mereka menjaga pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentang apa yang mereka kerjakan…”

(Surah An-Nuur, ayat 30)

Dalam zaman modern ini ibarat zaman edan ,klo tidak edan tidak kebagian……mungkin itu pepatah yang menurut saya salah memahaminya, banyak anak-anak muda berlomba-lomba mengikuti gaya hidup, cara berpakaian dan tingkah laku  artis-artis luar negeri yang tidak mereka sadari menjauhkan diri mereka berfikir akan kebaikan untuk diri mereka sendiri, kita sering mendengar ataupun membaca berita tentang permerkosaan, apakah setiap hari kita akan disuguhi berita tentang perzinaan,,,dimanakah akhlak generasi muda sekarang,,,,,dalam beberapa kasus yang saya baca dan amati,,,banyaknya kasus pemerkosaan berawal dari  cara perpakain mereka yang selalu mengundang nafsu jahat..gaya berpacaran yang tidak sehat , berciuman saat-saat pacaran hal yang biasa bagi anak-anak remaja sekarang ,marilah kita bersama-sama berfikir dan berusaha menjaga hawa nafsu kita untuk kebaikan ,kebaikan untuk diri kita, orang yang kita sayangi dan kebaikan untuk Agama kita.

 Rasulullah SAW pernah bersabda  :

“..Wahai golongan pemuda! Sesiapa di antara kamu yang telah mempunyai kesiapan yaitu lahir dan batin untuk menikah, maka hendaklah dia menikah. Sesungguhnya pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan menjaga kehormatan. Maka barang siapa yang belum mampu, hendaklah dia berpuasa karena puasa itu akan menjadi benteng baginya”.

(Bukhari : no. 1772, Muslim : no. 2485)

Cinta yang tulus dan abadi adalah CINTA KITA KEPADA ALLAH SWT. Maka hendaklah kamu mencintai seseorang bukan karena kecantikan,kegantengannya,  karena kekayaannya ataupun karena jabatannya,cintailah dia karena Agamanya,
Aku mencintaimu karena Agamamu, jika Agama itu hilang dari dirimu maka hilang pula cintaku padamu. Semoga kita termasuk orang-orang yang dianugrahi cinta yang tulus karena RidhoNya.

Selasa, 24 April 2012

CERITA CINTA SEORANG SUAMI

Aku membencinya, Itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, Aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, Membuatku membenci suamiku sendiri. Walaupun menikah terpaksa, Aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, Setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, Suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka. Ketika menikah, Aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, Akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, Aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, Aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, Aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, Aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, Aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, Tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, Dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami. Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, Aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, Dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, Ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun
sebelumnya, Saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu.

Yaah, Karena merasa terjebak dengan perkimpoianku, Aku juga membenci kedua orangtuaku. Sebelum ke kantor, Biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, Ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu Seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, Akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon. Namun betapa terkejutnya aku, Ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan. Aku menelepon suamiku dan bertanya,
“Maaf sayang, Kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, Kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.”
Katanya menjelaskan dengan lembut. Dengan marah, Aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa
menunggunya selesai bicara.

Tak lama kemudian, Handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, Akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, Aku pulang sekarang, Aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , Kuatir Aku menutup telepon kembali.
Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, Aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi.

Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu. Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, Aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah. Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, Terdengar suara asing
menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri,
“Selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?”
Kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, Ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian.

Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas. Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, Serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya.

Selesai mendengar kenyataan itu, Aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis. Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, Aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat.

Airmata merebak dimataku, Mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, Aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, Airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam masjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, Tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, Karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Ia pun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, Aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya. Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya.

Di hari-hari awal kepergiannya, Aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, Aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di
rumah, Membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku.
Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku. Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, Tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, Tetapi
kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, Sekarang aku memandangi komputer, Mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih
tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, Sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, Sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote.

Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya. Aku juga marah pada diriku sendiri, Aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, Tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, Meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, Meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belakan, Hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, Keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, Aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, Ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana ? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, Ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang, Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu. Maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu. Seandainya aku bisa, Aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, Ya sayang. Jangan menangis, Sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, Putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu.
Dan Farhan, Ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke!

Aku terisak membaca surat itu, Ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note. Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, Sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta. Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak- anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, Tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikah dengan seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya,
“Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata,
“Cinta sayang, cintailah suamimu, Cintailah pilihan hatimu, Cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, Kau akan belajar menyenangkan hatinya, Akan belajar menerima kekurangannya, Akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, Kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku,
“Aeperti cinta ibu untuk ayah ? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng,
“Bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, Seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, Tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, Tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.
by. Abu Muhammad Yusuf

Senin, 23 April 2012

JADILAH SEPERTI AKAR

Jadilah engkau seperti AKAR ...
Yang gigih mencari air, menembus dalamnya tanah bebatuan yang keras
Demi kehidupan sebuah pohon

Dan ketika sang Pohon menjadi rimbun dan berdaun lebat,
Berbuah banyak dan mejadi kokoh dan kuat,
Indah, teduh dan banyak dipuji orang lewat ...

Maka AKAR tidak pernah iri, ia terus bersembunyi dalam tanah ...
Melakukan pekerjaannya dengan penuh ketulusan

Dan ketika sang Pohon terhempas angin kencang,

Maka AKAR lah yang berperan mengokohkan sang Pohon
Agar terus tegak berdiri dan bertahan dari segala terjangan ...

Inilah makna tulus yang selalu dijunjung oleh setiap orang tua,
Mereka bekerja mati2an demi kehidupan seorang anak,
Mereka rela menderita demi agar anaknya meraih bahagia,

Bagaimana cara kita membayar ketulusan mereka ?
Sudahkah kita mulai mencicil nya ?
Meski sebesar apapun kita berusaha membayarnya,
Meski sampai kapanpun kita berupaya mencicilnya,
Tiada pernah ... dan tiada pernah sebanding dari pengorbanan mereka untuk kita


by. Abu Muhammad yusuf

Sabtu, 14 April 2012

AGUSTUS DI KOTA SURABAYA


Siang itu sekitar pertengahan bulan agustus  4 tahun yang lalu Suara hp berdering cukup lama  buru-buru aku mengangkatnya, aslkum  terdengar lirih dari kejauhan…Wa’alaikum salam jawab ku,,,,,,,,ternyata seorang sahabat lama  ya hampir 10 tahun tak ada kabar….ingin  bertemu dan kangen-kangenan……ke esokan harinya aku dan sahabatku bertemu di tempat yang sudah kami sepakati, di sebuah warung kecil tempat biasa kita dulu makan…didaerah pinggiran kota metropolitan SURABAYA……  pagi itu begitu cerah di pinggiran kota Surabaya….. aku sudah berada di warung tempat kita janjian …..secangkir kopi item dan sepiring ketan aku pesen…. Tak begitu lama….dari kejauhan meluncur dengan pelan sebuah mobil  Toyota corolla butut keluaran tahun ’74 an  tak lama berhenti di samping warung…..tak lama keluarlah seseorang yang begitu aku kenal  tapi sedikit berubah dengan penampilannya…sekarang dia lebih Agamis  dengan  baju gamis dan peci yang dia kenakan…., aslkum sapa dia kepadaku….sedikit terbengong…..aku menjawab.. wa’alaikum salam sobat...suasan haru  terlihat dipagi itu….dua sahabat yg lama tak bersua…. Buru-buru dia dia menghampiri mobilnya dan keluarlah seorang wanita…..subhannallah  cantiknya wanita itu….. Cak kenalno iki bojoku,,,,,ucap sahabatku…. Dengan lembut wanita td bersuara menyebut namanya … lalu aku persilahkan sobatku dan istrinya untuk duduk….tak lupa dia memesan kopi dan ketan kesukaan kami dulu….panjang lebar kami saling bercerita  kemana saja dan apa aja yg kami lakukan selama 10 tahun ini… , endi bojomu cak , kok gak koen ajak ta…Tanya dia dengan bahasa soroboyoan yang medhok… lalu aku terdiam sambil tersenyum…lalu aku jawab…..gurong ono rek ..aku gurong ketemu jodoh ku cak….  Lalu dia bercerita tentang pertemuannya dengan istrinya yang telah dikaruniai putra dan putri…..  aku dhisek oleh bojo ku iki soko proses ta’aruf cak….   Jangan berkecil hati cak tentang  jodoh , yakinlah bahwa ALLAH telah menyiapkan scenario terbaik untuk kita dalam masalah jodoh. Tak perlu khawatir. Karena ALLAH telah berkata dalam Q.S An-Nahl ayat 72:

“Dan Allah telah menjadikan pasangan-pasangan kamu sekalian dari jenismu sendiri, lalu menjadikan anak-anak dan cucu bagi kamu dari jodoh-jodohmu.”
 
Jadi yakinlah cak Allah akan memberikan jodoh yang terbaik buat kamu,  aku hanya terdiam mendengarkan dan memahami yang ia katakana……dalam hati aku berucap…Ya Allah klo emang itu kehendak Mu berikanlah hamba seorang istri yang solehah dan slalu taat pada Agama Mu, …..,kapan dolan nang omah cak…tanya sobatku membuyarkan lamunanku… insyallah klo ada waktu cak….iseh eling omahku to…..iyo aku iseh eling cak….jawabku dalam bahasa soroboyoan, aku masih inget betul dimana rumah sabatku itu…didaerah pingiran kota pasuruan, dalam benakku  kapan aku engkau pertemukan hamba dengan jodoh hamba…tentunya jodoh yg baik   seperti yang di janjikan Allah dalam dalam Q.S An-Nuur ayat 26:

“Wanita – wanita yang keji adalah untuk laki – laki yang keji dan laki – laki yang keji adalah untuk wanita yang keji. Dan wanita – wanita yang baik adalah untuk laki – laki yang baik, dan laki – laki yang baik adalah untuk wanita – wanita yang baik (pula).

Begitulah pertemuanku dengan sobat lamaku yg begitu singkat dan memberiku inspirasi untuk lebih yakin akan jodoh, terima kasih sobat  atas semua nasehat dan ilmunya selama ini, sobatku dikenal dilingkungan nya sebagai seorang ustad dan salah satu pengurus NU ( Nahdlatul Ulama ) di kota Pasuruan.

Jumat, 10 Februari 2012

KISAH PENUH KELUHURAN

Ada seseorang yang rajin berdoa, minta sesuatu sama Allah .. Orangnya sholeh .. Ibadahnya baik .. Tapi doa tak kunjung terkabul .. Sebulan menunggu masih belum terkabul juga .. Tetap dia berdoa .. Tiga bulan juga belum .. Tetap dia berdoa. Hingga hampir satu tahun doa yang ia panjatkan, belum terkabul juga .. Dia melihat teman kantornya .. Orangnya biasa saja .. Tak istimewa .. Sholat masih bolong-bolong ..

Kelakuannya juga sering nggak beres, sering tipu-tipu, bohong sana-sini .. Tapi anehnya, apa yang dia doain, semuanya dipenuhi .. Orang sholeh ini pun heran .. Akhirnya, dia pun dateng ke seorang Ustadz .. Ceritalah dia permasalahan yang sedang dihadapi .. Tentang doanya yang sulit terkabul padahal dia taat, sedangkan temannya yang bandel, malah dapat apa yang dia inginkan ..

Tersenyumlah Ustadz ini .. Bertanyalah Si Ustadz ke orang ini .. Kalau Anda lagi duduk di warung, kemudian datang pengamen, tampilannya urakan, maen musiknya gak bener, suaranya fals, bagaimana? Orang sholeh tadi menjawab, segera saya kasih pak Ustadz, gak nahan ngeliat dan ndengerin dia lama-lama di situ, sambil nyanyi pula ..

Kalau pengamennya yang dateng rapi, main musiknya enak, suaranya empuk, bawain lagu yang kamu suka, bagaimana? Wah, kalo gitu, saya dengerin Ustadz .. Saya biarin dia nyanyi sampai habis .. Lama pun nggak masalah.. Kalau perlu saya suruh nyanyi lagi .. Nyanyi sampai sealbum pun saya rela .. Kalau pengamen tadi saya kasih 500, yang ini 10.000 juga berani, Ustadz ..

Pak Ustadz pun tersenyum .. begitulah nak .. Allah ketika melihat engkau, yang sholeh, datang menghadap-Nya, Allah betah ndengerin doamu .. Melihat kamu .. Dan Allah pengen sering ketemu kamu dalam waktu yang lama .. Buat Allah, ngasih apa yang kamu mau itu gampang betul .. Tapi Dia pengen nahan kamu biar khusyuk, biar deket sama Dia .. Coba bayangin, kalo doamu cepet dikabulin, apa kamu bakal sedeket ini? Dan di penghujung nanti, apa yang kamu dapatkan kemungkinan besar jauh lebih besar dari apa yang kamu minta ..

Beda sama temenmu itu .. Allah gak mau kayaknya, dia deket-deket sama Allah .. Udah dibiarin biar bergelimang dosa aja dia ini .. Makanya Allah buru-buru kasih aja .. Udah .. Jatahnya ya segitu doang .. Gak nambah lagi ..

Dan yakinlah, kata Pak Ustadz, kalaupun apa yang kamu minta ternyata gak Allah kasih sampai akhir hidupmu, masih ada akhirat, nak .. Sebaik-baik pembalasan adalah jatah surga buat kita .. Nggak bakal ngerasa kurang kita di situ ..

Tersadarlah orang tadi .. Ia pun beristighfar, sudah berprasangka buruk kepada Allah .. Padahal Allah betul-betul amat menyayanginya ..
By. Abu Muhammad Yusuf
 https://www.facebook.com/alwibinahmad
 
 

Selasa, 17 Januari 2012

MANUSIA DENGAN POHON APEL

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula, pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.

"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi." jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."

Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang ....... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu."

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi." kata pohon apel.

"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?"

"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu." kata pohon apel.

Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi denganku." kata pohon apel.

"Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar ?"

"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah."

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

"Maaf, anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu."

"Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu." jawab anak lelaki itu.

"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat." kata pohon apel.

"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu." Jawab anak lelaki itu.

"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini." kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang." Kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."

"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang manusia. Pohon apel itu adalah ORANGTUA kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara manusia memperlakukan orang tua.

Rabbighfirliy wa liwaalidayyaa warhamhumaa kamaa rabbayaniy shaghiiraa. AMIN
 
by. abu Muhammad Yusuf
https://www.facebook.com/alwibinahmad/posts/2696768090936