Senin, 20 September 2010

Cuaca Buruk, Petani Tembakau Rugi

MADIUN - Petani tembakau di Kabupaten Madiun terancam gagal panen. Ini akibat tingginya curah hujan beberapa hari terakhir. ''Kalau tergenang air otomatis bisa mati,'' kata Budianto salah seorang petani tembakau di Desa Ngale, Pilangkenceng, kemarin (17/9).

Tingginya curah hujan itu mengakibatkan tanaman tembakaunya layu. Dampaknya, nilai jualnya akan turun atau di bawah harga normal. Yakni, berkisar antara Rp 24 - Rp 28 ribu perkilogram. Sebab, dipengaruhi warna rajangan tembakau yang kuning kecokelatan dan rendemennya rendah. ''Ini jelas membuat petani rugi,'' tambahnya.

Kerugian yang mengancamnya diprediksi lebih dari Rp 2 juta. Itu, untuk lahan tembakau yang luasnya sekitar satu hektare. Sedangkan usia tanamannya saat ini baru dua bulan. ''Ruginya untuk pembelian benih dan perawatan yang sudah saya jalankan,'' ungkapnya.

Kondisi ini membuat Asosiasi Petani Tembakau (APTI) setempat melakukan antisipasi. Ketua APTI Kabupaten Madiun Lilik Indarto Gunawan mengatakan, pihaknya sudah sosialisasi soal perubahan cuaca sejak Juni lalu. Harapannya, petani memperdalam saluran air sebelum masa tanam. ''Saat ini usia tanaman tembakau rata-rata dua bulan,'' katanya.

Meski begitu, APTI menjamin seluruh hasil panen tembakau tetap terjual. Sebab, selama ini sudah menjalin kerjasama dengan pabrik rokok. Baik berskala sedang maupun kecil di Kabupaten Madiun maupun Ngawi.

Dia menambahkan, di seluruh lahan tembakau di Kabupaten Madiun rata-rata pertahun menghasilkan tembakau sekitar 2.000 ton. Wilayah yang menjadi garapan petani mayoritas berada di Kecamatan Pilangkenceng, Saradan, Gemarang dan Balerejo. (fik/irw)

Sabtu, 18 September 2010(Radar Madiun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar